Lagi Cerita…
Sore ini aku merasa begitu cepat menghabiskan setiap batang rokok, layaknya kereta Whoosh yang memberikan kecepatan dalam perjalanannya. Sehingga esensi kata “selamat menikmati perjalanan” menurutku berkurang, meski aku sendiri belum pernah merasakan cepatnya kereta tersebut.
Seperti perokok pada umumnya, aku ditemani kopi yang ikoniknya diminum depan minimarket dengan kursi hitam mengarah ke jalanan. Asap rokokku mengepul di udara, layaknya asap pabrik yang membuat langit tak lagi biru, konon katanya mempunyai filosofi sendiri setiap arah asap rokok yang dihembuskan.
Tapi aku mengarahkan asap tersebut kemanapun rasanya sama saja…
Mungkin sejak pertama kali menginjakan kaki di sekolah dasar sampai saat ini, aku masih bingung apa bidang yang aku minati. Sejak aku tidak suka berita, sampai aku yang sekarang di haruskan membuat berita. Walaupun berita yang aku angkat juga tidak begitu banyak orang baca.
Wajar sih, soalnya hanya media kampus.
Aku rasa hidupku terlalu mengandalkan spontanitas, tidak sepenuhnya memang. Tapi jika dibandingkan dengan orang sekitarku, mereka sejak menempuh sekolah menengah pertama pun mempunyai arah akan melanjutkan pendidikannya kemana dan mengambil jurusan apa jika ia kuliah.
Menurutku hidupku tidak terlalu buruk, bukan.
Bukan merasa lebih dari yang lain, tapi mereka yang mempunyai keinginan belajar tinggi terkadang harus ia redam. Bukan keinginannya yang hilang, tapi keadaan yang memicu mereka begitu.
Kalau kata orang, “jangan membandingkan hidup kita dengan orang lain.”
Tapi malah menurutku itu harus, agar seharusnya kita bersyukur dan tetap melanjutkan hidup kita saat ini.
Gak kerasa ternyata mega merah tak lagi ada, lampu dari gedung-gedung dan jalanan mulai menyala. Pertanda malam mulai datang, sampai lupa aku menghabiskan rokok berapa batang.
Mungkin itu aja cerita hari ini, jika ini menarik menurutmu berarti kau yang aku cari!
Alhamdulillah SeMangat SemGoa Sukces.
BalasHapus