Lagi Lagi Cerita...
Belakangan ini, sosial media menampilkan bahwa jaket yang berwarna hijau dengan model kurang lebih seperti yang aku pakai di foto tersebut adalah jaket kekalahan, dan sialnya waktu aku mendapatkan pukulan dari orang tidak dikenal saat aksi demonstrasi May Day Semarang menggunakan jaket itu. Anggap saja itu hanya kebetulan, atau agar aku percaya atas rumor jaket tersebut. Tapi anehnya, aku selalu kalah terlepas dari memakai jaket tersebut.
Setelah aku kenal dengan beberapa kakak tingkat, sesekali ikut serta dengan kegiatan masyarakat yang terdampak dari perilaku pemerintah. Tapi, seberapa berpengaruh pengalaman itu menurut kalian. Foto yang kalian liat adalah foto yang diambil oleh salah satu kakak tingkat yang kebetulan satu jurusan, kami sedang menunggu travel menuju perpulangan kami ke Semarang setelah mengikuti acara Fight Inequality di Jogja.
Tulisan ini juga diselesaikan saat aku sedang berada di suatu tempat yang rumahnya sudah akrab dengan air, bukan mata airnya berada di dalam rumah tapi rumahnya memang tenggelam. Ya, tulisan ini memang tidak selesai dengan satu malam atau satu kali duduk, memang malas aja penulisnya.
Mengenai pengalaman tadi, tentu guru terbaik tapi mungkin perlu juga pemahaman. Pengalaman aku di tempat ini begitu berbeda dengan tempat pada umumnya, ditambah baru pertama kali menginjakana kaki di sini. Jika ada yang bertanya salah satu tempat amfibi dimana, ya di sini jawabannya. Tempat yang awal mulanya adalah ladang sawah menjadi tempat para nelayan berlayar, tak hanya tempatnya begitupun mata pencahariannya.
![]() |
Seorang anak yang sedang bermain layangan, Desa Timbulsloko (29/6). |
Tentu banyak memberikan pemahaman setelah beberapa hari menetap di sini, kata “masa kecil kurang bahagia” anak-anak di sini benar merasakannya. Sebagaimana anak kecil pada umumnya yang bermain bareng, lari-larian, main bola, mengejar layangan, di sini terhambat dengan keadaan. Bukan mereka nyaman tetap tinggal di sini, tapi mereka tidak punya pilihan lain.
Dampaknya adalah, pendidikan yang seharusnya mereka terima terpaksa mereka singkirkan. Bukan menolak tapi pilihan, dengan keadaan yang tak menjanjikan dan memberatkan memberikan pilihan kepada mereka untuk memilih bekerja. Beberapa yang memang melanjutkan jenjang pendidikannya juga tentu tak bisa lepas dari keseharian di sini, seperti menangkap ikan, udang, kepiting dll. Bukan waktu libur saja, tapi setiap pulang dari sekolah atau kampus.
Semoga tulisan ini tak hanya menjadi tontotan, tapi juga menjadi tuntunan.
Jika tulisan ini menurutmu menarik, berarti kau yang aku cari!
Selamat membaca...
Komentar
Posting Komentar